Tepatnya tanggal 24 Februari nanti, akan ada pertandingan bergengsi yang selalu ditunggu pelajar Kalimantan Timur setiap tahunnya, yaitu Development Basketball League (DBL 2012). Tim Basket Putri Smansa akan membuka opening party nanti. Telah banyak persiapan tim basket putra maupun putri. Mulai dari latihan fisik, latihan mental, sampai strategi bermain.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Smansa siap untuk unjuk gigi dalam event bergengsi tersebut. Tidak hanya suporter, tim basket putra/putri nya juga sangat siap hingga final. Tim putri masih ptimis akan peluang mereka kembai merebut juara untuk tahun ini. Tim putra, walaupun tahun kemarin belum mendapatkan juara, mereka juga optimis untuk dalam melaju ke final. Buktikan bahwa Smansa bisa! Oleh karena itu, kalian harus menyaksikan pertandingan Smansa di Honda DBL 2012.
Kamis, 23 Februari 2012
Rabu, 08 Februari 2012
SAMARINDA
Kota
Samarinda adalah
salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota provinsi Kalimantan Timur,
Indonesia. Seluruh wilayah kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai
Kartanegara. Kota Samarinda dapat dicapai dengan perjalanan darat, laut dan
udara. Dengan Sungai Mahakam yang membelah di tengah Kota Samarinda, yang
menjadi "gerbang" menuju pedalaman Kalimantan Timur. Kota ini
memiliki luas wilayah 718 kilometer persegi dan berpenduduk 726.223 jiwa (hasil Sensus
Penduduk Indonesia 2010), menjadikan kota ini berpenduduk terbesar di seluruh
Kalimantan.
Samarinda
yang dikenal sebagai kota seperti saat ini dulunya adalah salah satu wilayah
Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Di wilayah tersebut belum ada
sebuah desa pun berdiri, apalagi kota. Sampai pertengahan abad ke-17, wilayah
Samarinda merupakan lahan persawahan dan perladangan beberapa penduduk. Lahan
persawahan dan perladangan itu umumnya dipusatkan di sepanjang tepi Sungai
Karang Mumus dan sungai Karang Asam.
Pada tahun
1668, rombongan orang-orang Bugis Wajo yang dipimpin La Mohang Daeng Mangkona
(bergelar Pua Ado) hijrah dari tanah Kesultanan Gowa ke Kesultanan
Kutai. Mereka hijrah ke luar pulau hingga ke Kesultanan Kutai karena mereka
tidak mau tunduk dan patuh terhadap Perjanjian Bongaya setelah Kesultanan Gowa
kalah akibat diserang oleh pasukan Belanda. Kedatangan orang-orang Bugis Wajo
dari Kerajaan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
Atas
kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi
sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha
pertanian, perikanan dan perdagangan. Sesuai dengan perjanjian bahwa
orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama
di dalam menghadapi musuh.
Semua
rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus(daerah Selili
seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan di dalam pelayaran karena
daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai. Selain itu
dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).
Sekitar
tahun 1668, Sultan yang dipertuan Kerajaan Kutai memerintahkan Pua Ado bersama
pengikutnya yang asal tanah Sulawesi membuka perkampungan di Tanah Rendah.
Pembukaan perkampungan ini dimaksud Sultan Kutai, sebagai daerah pertahanan
dari serangan bajak laut asal Filipina yang sering melakukan perampokan di
berbagai daerah pantai wilayah kerajaan Kutai Kartanegara. Selain itu, Sultan
yang dikenal bijaksana ini memang bermaksud memberikan tempat bagi masyarakat
Bugis yang mencari suaka ke Kutai akibat peperangan di daerah asal mereka.
Perkampungan tersebut oleh Sultan Kutai diberi nama Sama Rendah. Nama ini
tentunya bukan asal sebut. Sama Rendah dimaksudkan agar semua penduduk, baik
asli maupun pendatang, berderajat sama. Tidak ada perbedaan antara orang Bugis,
Kutai, Banjar dan suku lainnya.
Dengan
rumah rakit yang berada di atas air, harus sama tinggi antara rumah satu dengan
yang lainnya, melambangkan tidak ada perbedaan derajat apakah bangsawan atau
tidak, semua "sama" derajatnya dengan lokasi yang berada di sekitar
muara sungai yang berulak dan di kiri kanan sungai daratan atau
"rendah". Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman baru
tersebut dinamakan Samarenda atau lama-kelamaan ejaan Samarinda. Istilah atau
nama itu memang sesuai dengan keadaan lahan atau lokasi yang terdiri atas
dataran rendah dan daerah persawahan yang subur.
Langganan:
Komentar (Atom)